Hidup gue normal normal aja kok
Matahari terbit dari timur, pemanasan global, perang antar galaksi, agen neptunus pergi ke bulan, bahkan kakak gue yang baru menikah
KYAAAAAA KAKAK GUE BARU MENIKAH!!!!!
Diselenggarakan dengan sukses di gedung komdak 18 november kemaren, dia resmi jadi istri di umur 25 tahun. Suaminya seorang IT, sama kaya kaka. Jadi, gue sekarang punya 2 kakak
Another story, beberapa hari abis nikahan mereka berdua pergi ke bali. Gue ikut, bukaaaan gue ngga ngikutin mereka kok tapi gue pergi bareng nyokap sama beberapa temen temennya, plus anak anak mereka. 3 hari disana bikin gue kalang kabut sesampenya di jakarta. Ya, seminggu menjelang uas sih
Tapi pengalaman di sana cukup pantas buat dijadiin cerita ke cucu cucu gue nanti
Disana gue pergi ke banyak tempat, makan banyak makanan khas, dan beli pernak pernik lucu dari sana. Driver sekaligus guide yang kocak, Pak Komang namanya. Tapi yang paling wow dari semuanya, pantai bali. Pantai disana itu kewl. Keren abis. Keren banget. Keren klimaks. Enelan kakak
Disana gue juga nemuin batu cinta. Nggaksih........itu cuma batu biasa yang gue temuin malem malem di kuta dan bentuknya menyerupai hati yang gue bawa pulang ke jakarta. Gue juga diajak nyicipin klepon pinggir sawah paling yahud sama pak komang. Doi baik bgt looh beliin gue macem macem. Trus dia juga sering curcol tetntang pacarnya yang bule australi dan mau kesana tahun depan
Biar gimanapun, rumah tetep yang paling asik. Apalagi setelah enek karna pesawat delay berjam jam, jadinya gue baru bisa take off tengah malam 😪
Cerita normal selanjutnya, gue uas. Classmeeting. Ambil rapot. Dapet *****. Dan liburan. YEAAAAH LIBURAN yang walaupun pada akhirnya akan kesekolah juga (no, aku gasanggup gabut lama lama dirumah) disamping nyokap yang juga kesel karna tiap liburan kerjaan gue makaaaaaaaan melulu
Jadi, sekarang gue masih menikmati liburan gue yang tersisa sekitar 12 hari dari total 14 hari liburan. Entah jadi gumpalan lemak macam apa pas masuk sekolah nanti 😂
See? Hidup gue normal normal aja kan.
Monday, December 24, 2012
Sunday, October 07, 2012
Sebuah pelajaran tentang hidup
Prilly emang belum berumur, tapi muka udah berumur banget nih.
canda deh.
sakit hati banget nih kalo pada percaya
jadi....................................*drum roll*
invisible.
gue sering merasa invisible. seakan akan dunia sibuk sama urusan mereka, dan gue hanya memperhatikan orang lalu lalang. ini udah sering kejadian, gue pikir itu normal. sampe tiba tiba gue merasa tertinggal. ketika orang yang lalu lalang itu udah dapet hasil dari lalu lalangnya mereka, gue tetep diem ditempat. apa yang salah? mereka yang terlalu expert, atau gue yang terlalu asik sama dunia sendiri?
setelah fase merasa invisible ini, perut tuh bisa mual. kaya ada bayi yang mau dimuntahin. err.....ngarang doang sih secara gue belom pernah ngerasain mau muntahin bayi. tapi ngerti kan maksudnya? ya, mual.
sesuatu yang gak bisa berubah adalah perubahan
gue sering makan es krim yang itu itu aja, di dufan main wahana yang itu itu aja, seakan semua hal normal adalah Prilly banget. tapi gue mulai mikir lagi, standard normal buat siapa? atau, emang ada standard normal?
gue belajar untuk terus berfikir positif, tapi belakangan ini semua makian keluar di pikiran gue. gue belajar buat ngga ngambekan, tapi marah saat gaada yang dengerin gue
gue rasa bukan dunia yang salah, tapi gue yang gak bisa ikut berubah bareng dunia.
jadi, gue akan terus berevolusi. sama mungkin kaya kupu kupu, yang pasti butuh proses buat sampai ke tahap 'kupu-kupu cantik' dan suatu saat nanti gue akan tiba di tahap itu, selama dari awal prosesnya benar ;;)
canda deh.
sakit hati banget nih kalo pada percaya
Ngga liat ke'unyu'an muka ini? |
Atau ini? |
invisible.
gue sering merasa invisible. seakan akan dunia sibuk sama urusan mereka, dan gue hanya memperhatikan orang lalu lalang. ini udah sering kejadian, gue pikir itu normal. sampe tiba tiba gue merasa tertinggal. ketika orang yang lalu lalang itu udah dapet hasil dari lalu lalangnya mereka, gue tetep diem ditempat. apa yang salah? mereka yang terlalu expert, atau gue yang terlalu asik sama dunia sendiri?
setelah fase merasa invisible ini, perut tuh bisa mual. kaya ada bayi yang mau dimuntahin. err.....ngarang doang sih secara gue belom pernah ngerasain mau muntahin bayi. tapi ngerti kan maksudnya? ya, mual.
sesuatu yang gak bisa berubah adalah perubahan
gue sering makan es krim yang itu itu aja, di dufan main wahana yang itu itu aja, seakan semua hal normal adalah Prilly banget. tapi gue mulai mikir lagi, standard normal buat siapa? atau, emang ada standard normal?
gue belajar untuk terus berfikir positif, tapi belakangan ini semua makian keluar di pikiran gue. gue belajar buat ngga ngambekan, tapi marah saat gaada yang dengerin gue
gue rasa bukan dunia yang salah, tapi gue yang gak bisa ikut berubah bareng dunia.
jadi, gue akan terus berevolusi. sama mungkin kaya kupu kupu, yang pasti butuh proses buat sampai ke tahap 'kupu-kupu cantik' dan suatu saat nanti gue akan tiba di tahap itu, selama dari awal prosesnya benar ;;)
cerpen kebut semalam
jadi gini. ini tugas bahasa indonesia 2 sama pa udi. gue disuruh bikin cerpen dan ngirim ke pa udi sebelum jam 8 malam hari minggu. dan gue baru aja ngirim, hari minggu jam 19.58. keren abis. jadi daripada sayang nihdeh cerpennya nihdeh, tapi ini kenyataan yang 'dipermanis' ya. ada hal hal yang 'imajinasi' belaka
Cerita SMP
Gelap. Gelap. Mataku gelap. Aku
tidak bisa melihat apa apa. Tunggu, apa ini? Ada pancaran sinar di ujung sana.
Ia semakin menjauh. Tunggu, sinar! Aku terus mencari, ketika tiba tiba lampu
menyala terang, silau. Ya, sinar itu telah hilang
************************
Pagi ini mendung. Suasana mendung
pagi ini membuatku ingin tetap menggulung diri di lapisan selimut. Sinar
matahari menyeruak ke kamarku. Ingin rasanya kukatupkan mata ini rapat rapat,
kembali ke dalam mimpi yang belum sempat terselesaikan. Jam weker ku terus
meraung raung, menjalankan tugasnya untuk membangunkan sang pemimpi, perlahan
lahan mendatangkan kesadaranku, ketika mulai kusadari ada yang tidak normal.
Suasana diluar agak ramai, tidak, tapi terlalu ramai. “Mereka pikir jam berapa sekarang?”
gumamku setengah sadar. Kulihat jam di layar hp-ku, 06.05. TIDAK!!! Aku sudah
terlambat
Kukencangkan tali sepatuku didepan
pintu kelas berpapan ‘SMPN 40 SSN class IX-I’. Baru saja aku akan masuk ketika
seseorang memanggilku. Kuputar tubuhku dan kulihat wakil kepala sekolah
menghampiriku. “Aduh, mati aku” ucapku perlahan. Jantungku berdetak cepat,
peluh sudah membasahi telapak tanganku. Bayangkan, aku baru saja tertangkap
basah datang terlambat dan mencoba masuk ke kelas. Dia yang biasa kami panggil
Mami, wakil kepala sekolah bernama asli Ibu Rina sampai didepanku. “Baru datang
Pril?” tanyanya sarkatis. Aku hanya mengangguk pasrah. Seperti biasa, ia hanya
menaikan sebelah alisnya lalu berkata “Sana pulang”. Apa? Apa? Aku disuruhnya
pulang? Belum sempat merespon apa apa sudah ditariknya aku keluar gerbang,
untung saja saat itu semua orang sedang berada didalam kelas sehingga mereka
tidak perlu melihat kejadian tarik menarik ini. Otakku masih sibuk berfikir apa
yang harus aku lakukan ketika mataku menangkap sosok yang sudah lama kukenal
sedang berjalan santai ke arah kami. “Fikri!” teriakku riang. Fikri Abdul
Jabbar, teman sekelasku sejak awal masuk SMP. Ternyata ada ynag lebih parah,
sudah jelas jelas terlambat tapi dia masih berjalan santai dan tersenyum sambil
melambaikan tangan pada kami. “ini sama aja ya pada telat, ayo sana pulang”
ucap mami. Fikri malang yang tidak tahu apa apa menatapku seolah meminta
penjelasan, ada-apa-ini yang kubalas dengan tatapan
jangan-banyak-tanya-ikut-saja.
Kami berdua duduk didepan gerbang
sekolah, lalu kuceritakan apa yang mami katakan padaku sebelum dia datang.
“Bagaimana ini? Punya ide?” tanyaku mengakhiri segala penjelasan. “Tidak, punya
saran?” jawabnya. Aku hanya diam menunduk sambil memuntir muntir tali tas sekolahku.
Entah sudah berapa banyak pedagang asongan iseng yang lewat menyiuli kami karna
dianggap sedang berpacaran. Masa bodoh lah. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku
sudah hampir menyerah dan ingin kembali pulang ketika Fikri mulai bergumam
gumam tidak jelas. “Apa kau bilang?” tanyaku penasaran. “aku sedang berfikir,
rasanya aku punya ide. Sangat gila” jawabnya sambil lalu. Aku bisa melihat
matanya tertuju pada pagar sekolah sambil terus menerawang. Entah pikiran apa
yang menghinggapinya saat ini. “Baiklah, coba saja cara ini” ucapnya mantap
lalu berjalan meninggalkanku. “He? Apa? Cara paa? Hei! Kau mau kemana? Tunggu
aku, Fik! Fikri!”
“kau gila” Fikri hanya diam “kau
tahu aku tidak akan melakukannya” dia masih tetap diam “Aku mau pulang saja”
ucapku kesal. “Tunggu Pril, cuma ini keempatan kita” ujar Fikri berusaha
meyakinkanku. “Aku wanita”
“Lalu?”
“Aku memakain rok”
“Bisa diangkat”
“Aku phobia ketinggian”
“Pembohong”
“Aku tidak tahu cara memanjat!!!”
Ya, Fikri menyarankan agar kami
memanjat pagar dan lari menuju kelas. Sangat gila! Kenapa dari sekian banyak
pilihan dia harus memilih memanjar? Baiklah, kami memang tidak punya pilihan,
tapi memanjat gerbang sekolah?! “Jangan berkhayal apa apa Pril, ini tidak akan
seburuk itu” aku tetap tidak percaya. Dia bilang diriku hiperbolis. kubilang
dia egois. Dia bilang dia akan meninggalkanku dan memusuhi diriku seumur
hidupnya. Aku menurut dan mengikuti kemauannya. Lihat, sekarang siapa yang
hiperbolis? “Fik, aku benar benar tidak tahu bagaimana cara memanjat” saat itu kami
sudah berada didepan gerbang sekolah bercat keemasan. Suasana tampak sepi,
namun sebentar lagi jam pelajaran pertama akan segera berakhir sehingga kami
harus bergegas sebelum sekolah ramai kembali. “Ck, lihat aku” Fikri melompati
pagar dengan lincah dan mendarat di seberang dengan mulus. “Mudah kan, pertama
tapakkan kakimu disini, angkat tubumu keatas, berputar dan loncat”. Ia
menjelaskan tahapan tahapannya untukku. Aku mencoba mengikuti petunjuknya namun
sifat kekanak kanakanku muncul. Aku terus berteriak teriak “AAAAAH” atau “Aku
tidak bisa” sampai dia mengingatkanku untuk tetap diam atau kami bisa ketahuan.
Pelan pelan aku naik-berputar-loncat seperti yang diajarkannya dan aku berhasil
masuk kedalam sekolah. “Sekarang apa?” tanyaku bersemangat. Adrenalinku
memuncak karna baru pertama kali melakukan hal hal berani seperti ini. “Kita
harus berlari sekencang kencangnya sampai ke kelas” ucapnya yakin. Aku hanya
mengangguk. Lalu kami mulai menghitung “1.... 2.... 3.... LARI!!” aku dan Fikri
berlari sekuat tenaga sampai ke kelas melewati koridor koridor sambil mengendap
endap, walaupun pada akhirnya kami ketahuan “Hei! Siapa itu?!” kudengar mami
meneriaki kami berdua, aku tidak menoleh dan terus berlari. Langkah langkah
kaki kami menggema di sepenjuru koridor. Aku lelah. Napasku mulai tersengal.
“Tunggu tunggu Fik” pintaku padanya. “Ada apa Pril?” tanyanya khawatir. “Aku
lelah” jawabku polos. “Hah, wanita rapuh” ucapnya ketus namun tetap
menungguiku. “Sudah sudah, ayo lari lagi” ajakku, dan kami terus berlari sampai
ke pintu kelas. Kuketok pintu kelas lalu masuk dan menjelaskan segalanya kepada
mam Hotnida, guru yang sedang mengajar kelasku saat itu. Beruntung sekali ia
memperbolehkan kami masuk dan mengikuti pelajaran. Kufikir semua akan berjalan
normal. “Hah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi” pikirku dalam hati dan
mulai membuka buku pelajaranku
Bel berbunyi, tandanya untuk ganti
jam pelajaran. Mam Hotnida keluar kelas dan kelas mulai berisik oleh teman
temanku yang asik tertawa atau mengobrol. Entah kenapa perasaanku tidak enak.
Seperti ada sesuatu yang mengganjal tapi entah apa. Bu Erni memasuki kelas dan
suasana tenang kembali. Baru saja kami selesai memberi salam tiba tiba mami
masuk ke kelasku. “Mana itu Prilly sama Fikri?”. Mati aku. Rasanya ingin menghilang
saja ditelan bumi. Aku pura pura tidak mendengar sambil terus menunduk,
berharap bisa menyembunyikan wajahku dari pandangannya. “Ngapain ngumpet
ngumpet?” aku terkejut mendengar suaranya yang semakin tinggi saja. “Ini anak
bandel banget sih, berdua manjat manjat pager. Perempuan lagi. Kalo ada orang
luar yang lihat bisa jelek reputasi sekolah. Nanti ditiru maling gimana? Belum
lagi..........................” aku sudah tidak bisa mencerna apa yang ia
katakan berikutnya. Pelupuk mataku sudah dibasahi air mata. Aku menangis
tersedu sedu. Kepalaku sampai sakit dibuatnya. “Panggil orang tua kalian besok,
ibu mau bertemu dengan mereka” mami mengakhiri omelannya dan pergi meninggalkan
kelas. Aku hanya tetap menangis. Teman temanku berusaha menenangkanku, bahkan
Fikri meminta maaf karna telah mengajakku melakukan hal bodoh. Aku tidak tahu
harus berbuat apa lagi, apa yang akan kukatakan pada orang tuaku nanti?
“Ma, besok mama dipanggil ke
sekolah” kuberanikan diriku untuk memberitahu orang tuaku sesampainya aku
dirumah. “Ada apa Pril, ada pertemuan?” tanyanya santai. “Bukan ma, tapi tadi pagi aku memanjat pagar
sekolah” ucapku ragu “Apa?!” ibuku membalik badan dengan tatapan tidak percaya.
Kujelaskan padanya apa yang telah terjadi, bahkan sampai detai terkecil pun aku
ceritakan. Aku merasa amat bersalah karna sebelum ini orang tuaku tidak pernah
dipanggil karna kenakalanku
Esoknya, disekolah, aku dan ibuku
mendatangi ruangan wakil kepala sekolah. Mereka berdua banyak berbicara, tapi
aku hanya diam saja. Pada akhirnya aku diminta menandatangani surat perjanjian
yang menyatakan aku tidak akan berbuat seperti itu lagi, lalu aku meminta maaf
pada wakil kepala sekolaku dan kami berdua dipersilahkan keluar. Diluar, aku
meminta maaf pada ibuku karna telah menyebabkan masalah dan menjadi anak yang
nakal. Aku berjanji tidak akan melakukan hal hal seperti itu lagi padanya. Ia
berkata tidak apa apa, asal aku menepati janjiku untuk tidak nakal lagi. Aku
sangat beruntug semua terselesaikan dengan cepat, dan aku dapat kembali
menjalanjan aktifitas normalku. Walaupun sampai sekarang, pagar besi bercat
keemasan itu masih sangat berarti dan memiliki banyak kenangan bagiku
Friday, June 01, 2012
puisi cinta biologi
Jadi gini, UAS udah didepan mata. yeah. YEAH. gue akan menjadi anak semester 3. yeah. YEAH.
dan, guru bio gue semester ini, baru aja minta semua muridnya buat bikin puisi, yang didalemnya mengandung materi materi biologi, dan inilah hasil karya kebut sesaat gue, didepan manik icus lidya kelvin there dan nadifa ditengah tengah rapat sarseh
Aku Jatuh Cinta
Aku jatuh cinta, seperti alga biru yang berkelana
mencari cahaya untuk berfotosintesa
cahaya yang tak kan pernah sirna
cahaya cinta
aku jatuh cinta, seperti daun bermuka dua
sesaat ingin bertatap muka
sesaat kemudia ingin menghindar darinya
aku tak tahu apa yang kurasa
karna aku sedang jatuh cinta
aku lelah
ATP ku telah habis terpakai untuk mencintainya
ingin rasanya aku berontak
mengeluarkan segala aglutinin yang kupunya
namun semua terasa begitu indah
seakan tak ada habisnya
lalu tubuhkupun berhipotonis, penuh oleh cintanya
aku ingin kita dikenang sebagan xylem dan floem
yang selalu berdampingan apapun yang terjadi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
geli sendiri sih bacanya, yaudahlahya dan semoga gue sukses dengan UAS 4 hari kedepan. YEAAAAAAAH
dan, guru bio gue semester ini, baru aja minta semua muridnya buat bikin puisi, yang didalemnya mengandung materi materi biologi, dan inilah hasil karya kebut sesaat gue, didepan manik icus lidya kelvin there dan nadifa ditengah tengah rapat sarseh
Aku Jatuh Cinta
Aku jatuh cinta, seperti alga biru yang berkelana
mencari cahaya untuk berfotosintesa
cahaya yang tak kan pernah sirna
cahaya cinta
aku jatuh cinta, seperti daun bermuka dua
sesaat ingin bertatap muka
sesaat kemudia ingin menghindar darinya
aku tak tahu apa yang kurasa
karna aku sedang jatuh cinta
aku lelah
ATP ku telah habis terpakai untuk mencintainya
ingin rasanya aku berontak
mengeluarkan segala aglutinin yang kupunya
namun semua terasa begitu indah
seakan tak ada habisnya
lalu tubuhkupun berhipotonis, penuh oleh cintanya
aku ingin kita dikenang sebagan xylem dan floem
yang selalu berdampingan apapun yang terjadi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
geli sendiri sih bacanya, yaudahlahya dan semoga gue sukses dengan UAS 4 hari kedepan. YEAAAAAAAH
Subscribe to:
Posts (Atom)